Sebagai kota satelitnya Jakarta, kemajuan Kota Depok bersaing ketat dengan Bekasi dan Tangerang. Sampai dekade 1980-an, hanya ada satu ruas jalan dari Pasar Minggu-Depok yang mesti ditempuh dengan bis Miniarta dan Sukma Jaya, mesti melintasi 5 perlintasan kereta api yang tentunya kalo lagi sial ya mesti ikut ngantri nonton rangkaian besi itu melintas. Singkat kata, Depok ini tempat jin buang anak dah. Terus, apa hubungannya sama judul burung di kampus? Ya pasti ada. Tapi apakah korelasi itu signifikan atau enggak, ya mesti uji balistik, eh, statistik Spearmann Correlation.
Ketika awal beroperasinya kampus tahun 1987-1988, di area seluas 320 hektar itu masih banyak tegakan pohon karet, sawah, danau, sungai kecil, semak belukar dan alang-alang. Adapula lingkungan buatan berupa danau buatan dan hutan buatan yang didominasi Akasia. Di sanalah burung penyuka air, penggemar serangga, burung berkicau dan pendiam bersemayam memadukan dirinya memanjakan hidup. Sebagaimana umumnya yang terjadi di muka bumi, pembangunan dan pengembangan adalah hak segala bangsa, sehingga makhluk hidup tak ber “KTP” yang gratis menghuni keasrian alam asli, harus mengalah demi makhluk ber KTP dari jenis Homo sapiens. Singkat cerita, pasti ada perubahan dalam skala mikro dan makro. Wuidiihhh…
Alkisah, dalam rangka beres-beres rumah, terkuaklah sebuah dokumen laporan yang kalo dibuang sayang, dibaca bikin bersin-bersin karena debu dan jamur yang nempel di kertas, tentang burung di kampus UI Depok.
Konon, pada tanggal 13 Agustus 1988, terbentuklah Kelompok Pengamat Burung SYMBIOSE di Jurusan Biologi, FMIPA-UI Depok, dengan pemrakarsa Mochamad Indrawan dan Martarinza, mahasiswa Biologi angkatan 1982 dan 1985. Antara Agustus-Oktober 1988, dilakukanlah inventarisasi jenis burung (macam sensus penduduk lah) di kampus UI Depok. Tiga kali seminggu, pada jam 6-10 pagi dan 3-6 sore, gerombolan mahasiswa ini menelusuri kampus dengan bekal teropong, alat perekam, kamera, dan buka panduan. Waktu itu, buku panduan yang paling top adalah Ben King terbitan 1975, yang bertajuk A field guide to the birds of South East Asia. Kemudian dibantu dengan kaset rekaman suara-suara burung karya Bas van Ballen.
Pengamatan itu berhasil menemukan 51 jenis burung di kampus UI Depok, padahal di DKI pada waktu itu tercatat hanya 100 jenis. Danau rektorat yang terletak di sebelah balairung, kala itu sedang mengalami pendangkalan, tetapi kita masih melihat Pecuk padi (Phalacrocorax sulcirostris), Mandar batu (Gallinula chloropus), dan belibis (Dendrocygna javanicus) berenang, bermain, dan mencari makan. Demi alasan estetika, danau dibenahi dan kaburlah burung-burung itu. Setelah itu, setiap tahun, dilakukan pengamatan jenis burung oleh mahasiswa biologi yang praktik kuliah ekologi atau taksonomi hewan, atau anak-anak SYMBIOSE yang iseng-iseng birdwatching. Bahkan ada juga yang jadi sarjana gara-gara mengamati burung di kampus UI. Pelan-pelan, jumlah jenis yang tercatat bertambah banyak. Tapi sekarang, mungkin pelan-pelan, jumlah jenisnya bertambah dikit.
Burung-burung yang ada di UI ini sebagian pernah saya lihat langsung. Ada juga yang cuma terdengar suaranya macam si cabak maling alias Caprimulgus macrurus yang tiap menjelang magrib rajin teriak-teriak. Ada yang nekat masuk gedung kuliah seperti burung hantu Tyto alba. Bahkan ada yang nebeng hidup di sela-sela genting kampus, seperti burung dara. Kotorannya, sering kita jumpai di tangga dan lantai gedung kuliah.
Berikut adalah daftar jenis burung yang teridentifikasi berada di areal kampus UI Depok antara 1988-1991. Monggo ditengok lagi, mana tau jumlah jenisnya bertambah atau malah berkurang. Ini dia jenis-jenis burung yang pernah tercatat dalam sejarah burung-burung di kampus UI Depok. Ada yang punya daftar tambahannya?
Tabel daftar nama jenis burung di kampus UI Depok, 1988-1991
No | Nama ilmiah |
1 | Phalacrocorax sulcirostris |
2 | Ixobrychus cinnamomeus |
3 | Ixobrychus sinensis |
4 | Dendrocygna javanica |
5 | Turnix suscicator |
6 | Porzana cinerea |
7 | Amarournis phoenicurus |
8 | Gallinula chloropus |
9 | Rostratula benghalensis |
10 | Streptopelia chinensis |
11 | Geopelia striata |
12 | Centopus bengalensis |
13 | Centropus sinensis |
14 | Cacomantis merulinus |
15 | Caprimulgus macrurus |
16 | Otus lempiji (bakkamoena) |
17 | Collocalia fuciphaga |
18 | Collocalia linchi |
19 | Alcedo meninting |
20 | Alcedo caerulescens |
21 | Halcyon chloris |
22 | Picoides macei |
23 | Picoides moluccensis |
24 | Hirundo tahitica |
25 | Pericrocotus cinnamomeus |
26 | Aeghitina tiphia |
27 | Pycnonotus aurigester |
28 | Pycnonotus goiavier |
29 | Dicrurus macrocercus |
30 | Parus major |
31 | Copsychus saularis |
32 | Timalia pileata |
33 | Prinia familiaris |
34 | Prinia flaviventris |
35 | Prinia subflava |
36 | Prinia polychroa |
37 | Orthotomus sepium |
38 | Orthotomus sutorius |
39 | Gerygone sulphurea |
40 | Rhipidura javanica |
41 | Lanius schach |
42 | Acridotheres javanicus |
43 | Anthreptes malacensis |
44 | Nectarinia jugularis |
45 | Aetophyga siparaja |
46 | Dicaeum trochileum |
47 | Passer montanus |
48 | Ploceus manyar |
49 | Lonchura punctulata |
50 | Lonchura leucogastroides |
51 | Zosterops palpebrosa |
52 | Galinago galinago |
53 | Galus gallus |
54 | Ictinatus malayensis |
55 | Haliastur indus |
56 | Columba livia |
57 | Oriolus chinensis |
58 | Corvus enca |
59 | Cacomantis variolosus |
60 | Dicrurus macrocercus |
61 | Pericrocotus flammeus |
62 | Acridhoteres javanicus |
63 | Apus affinis |
64 | Artamus leucorynchus |
65 | Cisticola juncidis |
66 | Orthotomus ruficeps |
67 | Lonchura leucogaster |
68 | Merops philippinus |
69 | Tyto alba |
Sepakat mas Daniel. burung perlu pohon, pohon perlu burung. selamat menghijaukan Kediri mas..
SukaSuka
kita sebagai mahasiswa yang baik dan peduli lingkungan kta harus bisa menjaga dan melestarikan lingkungan supaya ekosistem kan komunitas burung bisa trbentuk lagi, kan kasihan kalau jenis burung sudah menurun bannyak bagemana nanti anak cucu kita, salah satu cara merawatnya adalah dengan menanam sebuah pohon dan mengembangbiakannya, di kota q kediri juga udah mulai berkurarang jenis burungng yang hidup tapi di daerah pedesaan atau pinggir kota q masih banyak melihatburung itu hidup bebas untuk hidup
SukaSuka
Wah, bapak ini ternyata masih rajin nulis. Kapan ya kita pengamatan lagi di kampus?
SukaSuka
terimakasih kakak..
SukaSuka